Minggu, 02 Mei 2010

MULTIMEDIA LEARNING

DALAM ANGKA HARDIKNAS 


BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Tugas seorang guru adalah membuat agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif. Proses pembelajaran perlu dirubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan, namun juga harus memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasainya. Seperti dinyatakan dalam pilar-pilar pembelajaran dari UNESCO, selain terjadi learning to know (pembelajaran untuk tahu), juga harus terjadi learning to do (pembelajaran untuk berbuat) dan bahkan dituntut sampai pada learning to be (pembelajaran untuk membangun jati diri yang kokoh) serta learning to live together (pembelajaran untuk hidup bersama secara harmonis)
Sistem pembelajaran multimedia merupakan satu bentuk perubahan pola pikir tersebut diatas, yaitu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empiric. Sistem pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi siswa. Sistem pembelajaran multimedia adalah salah satu bentuk proses pembelajaran yang demokratis, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapakn persamaan kesempatan dan memperhatikan karagaman peserta didik. Pendidik hendaknya dapat memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana yang terbuka, akrab dan saling menghargai. Sebaiknya perlu dihindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan dan sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan.
Mengutip Juknis tentang Metode Pembelajaran salah satunya adalah bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Disamping itu proses yang berjalan juga diharapkan mampu mendukung perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru dituntut. untuk lebih kreatif dan efisien dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, memaksimalkan keterpakaian sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir, yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa, akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang menarik akan membuat pelajaran tidak disenangi dan siswa cepat merasa bosan, akibatnya transfer pengetahuan kepada siswa tidak akan berjalan.
Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan pada dasarnya membekali siswa untuk trampil dan kompeten di bidang Pemeliharaan , Perawatan dan Perbaikan Kendaraan. Untuk mencapai kompetensi tersebut maka siswa harus dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang sangat dibutuhkan dalam proses pemeliharaan dan perbaikan kendaraan
Pada kenyataanya di lapangan sering dijumpai siswa yang hampir lulus pada saat mengikuti Uji Kompensi Praktek masih ada yang belum trapil menggunakan dan membaca alat ukur mekanis standar.
Dalam tulisan ini penulis mengambil 2 contoh yaitu menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper) dan Outside Micrometer. Masih banyak siswa yang tidak bisa menentukan nilai pengukuran menggunakan kedua alat tersebut. Maka dengan pengalaman seperti itu, kita mencoba menerapkan strategi pembelajaran yang sekiranya bisa lebih tepat dan efisien sehingga siswa dengan mudah memahami teorinya, melakukan langsung pengukuran dengan alat ukur, dan menentukan hasil pengukuran dengan skala yang sesuai dengan benda yang diukur.
Dalam kegiatan ini, proses belajar mengajar memerlukan dukungan peralatan yang cukup banyak yaitu yag harus ada: 1 Unit computer / laptop/ DVD Player ,Power Point, sound system secukupnya, LCD Procjector dan layarnya, Buku Pegangan siswa (Multimedia), Alat peraga (jangka sorong dan Micrometer) dan benda yang diukur. Untuk lebih cepat dalam melaksanakan pembelajaran ini satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok agar alat peraga mencukupi.
Syarat utama untuk menggunakan metode seperti ini adalah guru harus mahir dalam mengoperasikan computer, membuat presentasi, menggunakan alat ukur yang diajarkan dan menjalankan program animasi yang akan ditampilkan.


  1. Permasalahan
Dari uraian di atas maka penulis simpulakan 2 permasalahan yaitu:

  1. Bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

  2. Peralatan apa saja yang harus disediakan agar metode tersebut berjalan

  1. Tujuan

  1. Untuk menentukan cara yang tepat agar proses KBM berlangsung interaktif dan menyenangkan

  2. Menentukan peralatan utama dan peralatan pendukung yang dibutuhkan.
BAB II
PEMBAHASAN


  1. Dalam melaksanakan proses KBM ini penulis menentukan salah satu model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dimana model ini yang sekarang paling banyak dibicarakan dan dilaksanakan karena dukungan dan efisiensinya dianggap lebih pas. Ada beberapa karakteristik tentang model pembelajaran ini yaitu

  1. Kerjasama

  2. Saling menunjang

  3. Menyenangkan

  4. Tidak membosankan

  5. Belajar dengan bergairah

  6. Pembelajaran terintegrasi

  7. Menggunakan berbagai sumber

  8. Peserta didik aktif

Dalam kondisi seperti ini yang harus dilakukan oleh Guru adalah mengkondisikan dan mempersiapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan mengkaitkannya dengan realitas dan kebenaran (konstruktivisme). Karena pelajaran yang disampaiakan mengenai alat Ukur Mekanis untuk pengukuran komponen Kendaraan maka yang harus disipakan oleh guru adalah:

    1. Perangkat multimedia terdiri dari LCD Procjektor, Laptop dan Power Point, DVD tentang pelajaran alat ukur.

    2. Peralatan praktek alat ukur: Jangka Sorong, Micrometer, Baut, Mur, Poros.
Dalam hai ini Guru juga perlu memahami bahwa:

    1. Belajar adalah kegiatan aktif, yaitu peserta didik membangun sendiri pengetahuannya, mencari sendiri arti dari apa yang mereka pelajari dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Siswa diberikan kebebasan dalam menggali sumber belajar dengan kemampuan yang dimiliknya sehingga akan terjadi proses pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang sedang dipelajari. Dalam satu kelopmpok yang sudah ditentukan satu kelompok di berikan satu alat dan satu benda yang akan diukur.

    2. Belajar bukanlah suatu proses mengumpulkan sesuatu, tetapi merupakan suatu proses menemukan sesuatu melalui pengembangan pemikiran dengan cara membuat kerangka pengertian yang baru.

    3. Peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri, ini bisa dilakukan dengan memberikan teori sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik mengerti kekhasan, keunggulan dan kelemahannya dalam menghadapi suatu apapun. Adapun cara yang akan diberikan oleh guru utamanya adalah dengan melibatkan siswa pada saat simulasi menggunakan alat ukur mekanis yang sudah dibagikan.

    4. Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya. Dengan siswa memegang buku panduan, peralatan yang akan dipakai, menyaksikan tayangan video pebelajaran dan mengamati anaimasi cara menggunakan alat ukur, maka diharapkan kemampuan daya piker siswa lebih baik.

    5. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu proses belajar peserta didik agar berjalan baik Untuk proses ini guru tidak banyak ceramah, hanya menyampaikan pokok pomok pembelajaran, selanjutnya memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencoba menggunakan dan melakukan pengukuran menggunakan Jangka Sorong dan Micrometer
Terkait dengan teori pembelajaran bahwa pada saat belajar maka:
10 % dari apa yang kita baca
20 % dari apa yang kita dengar
30 % dari apa yang kita lihat
50 % dari apa yang kita lihat dan dengar
70 % dari apa yang kita katakan
90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan

Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka akan dipilih metode dengan mengkombinasi beberapa model dengan urutan Penayangan Video, Teori dengan power point dan Animasi, Simulasi praktek langsung terhadap benda yang akan diukur. Untuk itu diperlukan unsur:

    • keterlibatan penuh pembelajar,

    • adanya kerjasama murni,

    • adanya variasi dan keragaman dalam metode belajar,

    • adanya motivasi internal,

    • adanya kegembiraan dan kesenangan dalam belajar,

    • integrasi belejar yang lebih menyeluruh
BAB III
TINJAUAN DAN ULASAN

Pada model pembelajaran yang akan dilaksanakan ini maka harus memenuhi beberapa unsur yang harus terlaksana sehingga Guru sebagai Fasilitator dapat melibatkan seluruh siswa untuk aktif dan antusias mengikuti proses belajar ini, maka perlu diwujudkan unsure - unsur:

  1. Kerjasama
Sebelum guru menayangkan VIDEO maka siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah 6 siswa untuk masing - masing kelompok. Setiap satu kelompok memegang 2 unit jangka sorong dan 2 unit Micrometer. Bila alat ukur yang tersedia mencukupi 1 siswa 1 alat akan lebih baik lagi.

  1. Saling menunjang
Jangka sorong dengan micrometer adalah jenis alat ukur mekanis yang relative sama hanya dibedakan oleh ketelitian dari alat ukur itu untuk mengukur. Guru harus menjelaskan dasar-dasar penggunaan jangka sorong dan micrometer dan cara membaca skalanya.

  1. Menyenangkan
Pada kegiatan ini siswa ditayangkan VIDEO mengenai pemeliharaan alat ukur mekanis. Sumber Video yang digunakan adalah Rekaman Siaran Langsung dari TV Edukasi Pustekkom Depdiknas.

  1. Tidak membosankan
Agar tidak membosankan maka VIDEO tidak diputar penuh, tetapi diselingi beberapa diskusi kecil apabila materi yang disampaikan pada tayangan video dianggap penting dan Vital. Siswa dilibatkan dan diusahakan tetap aktif dengan respon yang dilemparkan oleh guru.

  1. Belajar dengan bergairah
Siswa sambil mengikuti tayangan Video juga langsung melihat dan memperhatikan alat yang dipakai untuk mengukur, yaitu jangka sorong dan micrometer.


  1. Pembelajaran terintegrasi
Guru dan Siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran ini, pada bagian – bagian tertentu guru memperagakan cara menggunakan jangka sorong dan micrometer sesuai fungsinya, semua peralatan dipakai saling mendukung yaitu Video, Power Point, Animasi, Simulasi dan Demonstrasi langsung oleh guru dan siswa.

  1. Menggunakan berbagai sumber
Sumber belajar yang digunakan adalah: Buku Pegangan siswa, Power Point, VIDEO, Alat Ukur, Benda yang diukur dan Akses Internet jika diperlukan.

  1. Peserta didik aktif
Seluruh siswa diberikan kesempatan untuk mempraktekkan langsung cara menggunakan alat ukur mekanis untuk mengukur komponen Kendaraan.
Agar pembelajaran ini berhasil dengan maksimal maka perlu adanya peralatan dan bahan pendukung yang diperlukan dan juga urutan logis sehingga semua siswa dapat belajar dengan antusias, menyenangkan, inspiratif, aktif dan menimbulkan motivasi belajar yang tinggi.

Urutan Proses Pembelajaran Multimedia dan Simulasi

  1. Guru menyiapkan Peralatan MULTIMEDIA: LCD, Laptop, Layar, Sound system, Akses Internet jika perlu

  2. Guru menyiapkan bahan bahan ajar seperti Diktat, Multimedia, Buku Paket, Power Point, File Animasi, Alat ukur yang akan dipakai: Jangka sorong, Mikrometer, Baut, Mur, Poros, Katup

  3. Guru membagi siswa menjadi beberapa yang masing-masingterdiri dari 6 siswa. Satu kelomponk dibekali minimal 2 alat ukur, 2 diktat (multimedia)

  4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan kompetensi yang akan dicapai berdaasarkan Silabus dan RPP yag sudah dibuat.

  5. Guru memberikan pengantar materi tayangan Video menggunakan Power Point dan Animasi dan sekalaigus Tanya jwab dengan siswa.

  6. Guru menayangkan VIDEO dengan durasi tertentu. Selama penayangan, siswa memperhatikan tayangan, sewaktu-waktu tayangan bisa di PAUSE untuk memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham mengenai tayangan yang belum dimengerti.

  7. Setelah akhir tayangan, siswa diarahkan untuk melakukan praktek pengukuran berbagai komponen Kendaraan sekaligus cara membaca skala dengan benar.

  8. Kemudian sesuai dengan kelompok, siswa diberikan materi diskusi tentang materi yang ditayangkan.

  9. Guru menunjuk beberapa siswa dari kelompok secara acak memperagakan cara menggunakan alat ukur yang benar

  10. Guru memberikan tes tertulis dan tes praktek tentang cara mengukur dan cara mebaca skala pegukuran.

  11. Guru memberi kesempatan masing masing siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.
Apabila setelah proses dilalui ternyata masih banyak siswa yang belum mengerti, maka penayangan VIDEO dan Demonstrasi bisa diulang lagi hanya beberapa bagian saja yang belum dimengerti. Evaluasi langsung dengan cara mengamati siswa dalam membaca alat ukur, ketelitian dan kecepatan , serta hasil ukur yang tepat. Apabila jumlah siswa terlalu banyak maka pengelompokkan diatur ulang dengan tujuan bagi siswa yang sudah mahir, maka siswa tersebut mengajar teman yang lain sambil berdiskusi.
Evaluasi tertulis juga diperlukan untuk mengukur keterserapan materi pelajaran yang diberikan dengan metode ini, jika niali rata-rata nya tinggi, maka bisa dikatakan proses pembelajaran dengan metode ini berhasil.

BAB IV
KESIMPULAN

Dengan melaksanakan model pembelajaran yang ditulis singkat tadi maka diambil kesimpulan bahwa:

  1. Untuk membuat proses belajar mengajar aktif kreatif dan menyenangkan maka perlu menggunakan berbagai sumber belajar, media, peraga dan melibatkan seluruh siswa.

  2. Diperlukan peralatan pendukung MULTIMEDIA dan peraga yang tepat agar proses belajar dapat efektif dan efisien.
Demikian yang bisa penulis simpulkan dari tulisan ini, semoga bermanfaat.

PENYUSUN
Daftar pustaka.

Model-model pembelajaran, Bahan TOT, Dikmenjur
Succesful Learning Comes from doing” (Wyatt $ Looper, 1999)
Budimansyah D. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung : PT. Genesindo.
Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara.
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar