Mobil murah lain yang akan bersaing di pasar adalah Esemka Rajawali. Mobil yang akan diproduksi PT Solo Manufaktur Kreasi pada Oktober mendatang ini, disebut-sebut akan dijual Rp 95 juta per unit. Mobil buatan pelajar SMK di Solo ini, bulan lalu telah lulus uji emisi yang dilalukan di Balai Thermodinamika Motor dan Propulis (BTMP) di Serpong, Tangerang.
Esemka Rajawali karya SMK di SOLO
Pendek kata, pasar Indonesia akan dibanjiri mobil murah
dengan ukuran kecil. Presiden Direktur PT Astra International Tbk,
Prijono Sugiarto mengatakan, pasar otomotif Indonesia sangat potensial
lantaran jumlah kelas menengah yang mencapai 40 juta orang. Bahkan,
jumlah kelas menengah Indonesia diprediksi meningkat hingga 90 juta
orang pada 2030 nanti. "Dengan pertumbuhan GDP rata-rata 6%, angka itu
sangat fenomenal dan yang terbaik di Asean," ujarnya.
Yang jelas, mobil murah sebentar
lagi bakal menjejali jalan-jalan di Indonesia, terutama Jakarta yang
kemacetannya sudah begitu parah. Bahkan, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan
Investasi Kementerian Pekerjaan Umum Setiabudi Albamar memperkirakan,
tahun 2014 Jakarta akan stuck karena jumlah kendaraan telah melebihi kapasitas jalan.
Data
Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya memperlihatkan,
jumlah kendaraan bermotor di Jakarta hingga 2011 sudah mencapai
13.347.802 unit. Jumlah
tersebut terdiri dari mobil penumpang sebanyak
2,54 juta unit, mobil muatan atau truk 581 ribu unit, bus 363 ribu unit,
dan sepeda motor 9.861.451 unit. Ditlantas memprediksi, pertumbuhan
kendaraan pada 2012 sekitar 10%-12%.
Ironisnya, saat ini panjang
jalan di Jakarta hanya 7.208 kilometer. Padahal kebutuhan jalan sampai
tahun ini sepanjang 12.000 kilomter. "Itu berarti jalan yang tersedia
saat ini baru memenuhi 60% kebutuhan masyarakat Jakarta atas jalan,"
kata Setiabudi. “Jika sistem transportasi tak segera dibenahi, lalu
lintas di Jakarta pada 2014 akan mandek.”
BBM Terkuras
Itu
baru kemacetan. Belum lagi mobil-mobil murah ini dikhawatirkan akan
mengonsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dalam
jumlah cukup besar. Asal tahu saja, realisasi konsumsi BBM bersubsidi
hingga Agustus lalu sudah mencapai 29,32 juta kiloliter. Padahal, kuota
BBM bersubsidi pada APBN-P 2012 dipatok sebesar 40 juta kiloliter.
Artinya, jatah hanya tinggal 10 juta kiloliter.
Sisa jatah yang
tinggal 10 juta kiloliter itu diperkirakan tidak cukup sampai akhir
tahun ini. Karena itu, beberapa hari lalu, pemerintah telah meminta
persetujuan DPR untuk menambah kuota BBM bersubsidi 4 juta kiloliter.
Tentu
saja, jebolnya kuota subsidi BBM bakal menambah subsidi BBM yang semula
dipatok sebesar Rp 137,4 triliun. Celakanya lagi, pemerintah tak punya
peluang menaikkan harga BBM bersubsidi. Sebab, harga minyak Indonesia
(ICP) saat ini berada di kisaran US$ 99 per barel, jauh di bawah ICP
dalam APBN-P 2012 sebesar US$ 105 per barel.
Memang, tak semua
mobil murah itu rakus minum BBM bersubsidi. Contohnya Ayla. Dengan mesin
di bawah 1.300 cc, Ayla diklaim hanya mengonsumsi bahan bakar dengan
rasio 1:30. Bila benar, ini tentu saja sangat irit.
Nah, untuk
mobil yang irit bahan bakar, ramah lingkungan, dan banyak memakai
komponen dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan low cost green car(LCGC),
pemerintah berjanji akan memberikan insentifberupa pembebasan atau
pengurangan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Kabarnya, beleid baru ini akan dikeluarkan bulan depan.
Yang
jelas, nanti perbankan dan multifinance bakal kebanjiran kredit
pembelian mobil. Maklum, hampir 75% pembelian mobil dilakukan lewat
kredit. Nah, di saat itulah perbankan dan multifinace akan menghadapi
ancaman kredit macet.
SUMBER TULISAN :http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1908034/bahaya-mobil-murah